Nama kafe ini Acaraki, lokasinya ada di Gedung Kertaniaga, persis di sebelah Museum Fatahillah kawasan Kota Tua Jakarta. Keberadaan kafe ini memang belum lama tapi daya tariknya yang tak biasa membuat kafe ini langsung diserbu foodies.
Tak seperti kafe kekinian yang menawarkan kopi dan makanan modern sebagai hidangan andalan, Acaraki justru mencoba menyuguhkan jamu. Ya, minuman tradisional khas Jawa ini dihadirkan dengan konsep modern tanpa menghilangkan komposisi dan khasiat aslinya.
Foto: Devi S. Lestari / detikFood
|
Merasa ingin mengetahui lebih dalam, kami memilih duduk di area bar agar bisa melihat dengan jelas bagaimana jamu diracik. Di meja bar ini tertata rapi berbagai alat yang biasanya terlihat di coffee shop. Ada grinder, alat saring V60 hingga rok espresso.
Foto: Devi S. Lestari / detikFood
|
Dengan ramah, pelayan menjelaskan pada kami beberapa menu jamu andalan di kafe ini. Akhirnya kami memutuskan memesan Kunyit Asam Tubruk, Beras Kencur Saring dan Saranti. Usai menyampaikan pesanan, pelayan tak lantas meninggalkan kami, justru kami diberi informasi penting.
"Semua bahan jamu yang dipakai di sini berasal dari berbagai daerah di Indonesia," jelasnya sambil menunjukkan pada kami semangkuk beras dan kencur kering yang siap digiling.
Minuman yang pertama dibuat adalah Saranti (Rp 25 ribu). Minuman ini diracik dari campuran beras kencur yang diseduh dengan alat rok espresso lalu dicampur dengan susu, gula dan krimer. Minuman ini bisa disajikan panas atau dingin, tapi kami memilihnya yang versi dingin lengkap dengan es batu.
Foto: Devi S. Lestari / detikFood
|
selanjutnya pelayan meracik jamu kedua kami yakni Kunyit Asem Tubruk (Rp 20 ribu). Jamu ini dibuat dari kunyit Wonogiri dan asem dari Solo dan Flores, keduanya sudah dalam bentuk kering.
Untuk membuat kunyit asem tubruk ini setidaknya dibutuhkan 20 gram kunyit asem yang masih dalam bentuk cacah kasar. Sebelum diseduh, kunyit asem lebih dulu digiling dengan alat grinder yang biasa dipakai untuk menggiling biji kopi.
Foto: Devi S. Lestari / detikFood
|
Tak bisa langsung diminum, kami harus menunggu setidaknya 4 menit sebelum menekan tuas pada tutup gelas yang berfungsi sebagai penyaring ini. Setelah 4 menit barulah jamu siap diminum.
Aroma khas kunyit langsung tercium kuat dengan semilir wangi asam yang tercium tipis. Jamu berwarna kuning ini ternyata punya rasa yang ramah di lidah lho. Tidak langu dan tidak getir di lidah.
Rasa asamnya juga cukup dominan dan memberi kesan segar di mulut. Bukan hanya enak, kunyit asam juga mengandung banyak khasiat mulai dari menyembuhkan maag hingga mengurangi nyeri haid.
Kami menyarankan untuk menikmatinya dalam versi original, namun kalau mau lebih manis bisa tambahkan gula pasir yang memang disediakan secara terpisah.
Foto: Devi S. Lestari / detikFood
|
Perlahan air hangat dituang dalam corong dengan kertas filter. Teknik seduh seperti ini ternyata menghasilkan aroma yang harum dan jamu yang hampir bening dan terkesan bersih tanpa ampas. Namun sayang rasa beras kencur yang diseduh dengan teknik ini agak kurang nendang.
Rasanya cenderung plain dan konsistensinya juga cair. Paling enak dinikmati saat masih hangat karena ketika dingin rasanya makin hambar.
Oiya, sebagai teman minum jamu, kafe ini juga menyediakan berbagai kudapan. Ada Sus Isi Vla dan Fried Bread yang masing-masing dibanderol dengan harga Rp 15 ribu. Jangan harap bisa menemukan makanan berat di sini karena kafe ini memang ingin menonjolkan jamu sebagai menu andalan.
Foto: Devi S. Lestari / detikFood
|
Ini juga termasuk menu yang banyak diburu karena dalam sehari hanya ada 2 porsi saja untuk Beras Kencur dan Kunyit Asam. Sayangnya kami belum beruntung mencicip keduanya.
Sebagai saran, jangan sungkan untuk bertanya pada pelayan soal jamu yang akan dipesan. Pelayan di sini cukup informatif dan terlihat senang berbagi pengetahuan tentang jamu.
Acaraki
Gedung Kertaniaga 3
Taman Fatahillah, Jl. Pintu Besar Utara No. 11
Kota, Jakarta
Telepon : 081298609688
0 Response to "Acaraki : Sensasi Unik Minum Jamu yang Diseduh dengan Teknik Manual Brew"
Posting Komentar